-->

Materi Sejarah Indonesia SMA Kelas XI Semester 1 (BAB 3) Sumpah Pemuda dan Jati Diri Keindonesiaan


 BAB 3 

SUMPAH PEMUDA DAN JATI DIRI KEINDONESIAAN 

 

A. Latar Belakang Sumpah Pemuda  

1. Politik Etis: Pintu Pembuka Pendidikan Modern

    𑄷 Latar Belakang Politik Etis 

    ០  Politik Etis atau Politik balas budi.

    ០  Latar Belakangnya: Kemakmuran yang dialami Belanda, dan kemiskinan yang menimpa bangsa      Indonesia.

    Dicetuskan oleh : Theodore van Deventer dan Pieter Brooshooft.

    ០ Van Deventer menerbitkan artikel yang berjudul 'Een eereschuld' (Utang Kehormatan) dalam jurnal De Gids pada tahun 1899. 

    ០ Van Deventer menyusun program yang perlu dilaksanakan di indonesia dalam rangka membalas budi. Caranya dengan meningkatkan kehidupan bangsa Indonesia. 

    ០ Pada 17 September 1901, Ratu Wulhelmina menerapkan Politik Etis. 


   𑄷  Program Politik Etis 

        ០  Edukasi

              - Pendidikan dengan membuka sekolah-sekolah model Barat

              - Diharapkan lahir kesetaraan dan emansipasi

        ០  Irigasi 

              - Membangun saluran-saluran irigasi

              - Pembangunan sarana dan prasarana pertanian

              - Subsidi untuk industri dan kerajinan pribumi

         ០  Emigrasi 

               - Melakukan program perpindahan keluar Jawa 

               - Sampai di Surname

               - Tujuan untuk memeratakan jumlah penduduk


𑄷  Penyimpangan Politik Etis 

    ០ Edukasi : Untuk mendapatkan tenaga kerja terdidik yang upahnya rendah. Selain itu juga terdapat diskriminasi dalam pendidikan.

   ០ Irigasi : Hanya untuk mengairi perkebunan-perkebunan Belanda

   ០ Emigrasi : Bukan untuk memeratakan penduduk, akan tetapi untuk memenuhi tenaga kerja di perkebunan luar jawa. 


𑄷 Berdirinya Sekolah

    ០ Pembangunan sekolah yang memunculkan kaum terpelajar

    ០ Sekolah angka satu dengan pelajaran membaca, menulis dan berhitung diperuntukkan bagi anak pegawai negeri dan orang kaya.

   ០ Sekolah angka dua atau Sekolah Rakyat yang diperuntukkan bagi anak pribumi pada umumnya dengan pelajaran membaca, menulis, dan berhitung.

   Pada tahun 1914, sekolah dasar utama dijadikan HIS (Holandsch Inlandsche School) dengan lama pendidikan 7 tahun.

   ០ Sekolah angka dua mempunyai lama pendidikan 5 tahun (SD 5 tahun).

   ០ Jenjang SMP : MULO (Meet Uitgebreid Lager Onderwijs) yang merupakan kelanjutan dari HIS dan Sekolah Rendah Belanda.

   ០ Pada jenjang SMA didirikan AMS (Hogore Burgere School), yaitu sekolah menengah atas untuk anak-anak Belanda.

   ០ Sekolah Tinggi Kedokteran STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) di Batavia (Jakarta).

   ០ Opeleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) yakni sekolah untuk calon pegawai.

   ០ Technical Hoges School (Sekolah Tinggi Teknik) di Bandung, dan Sekolah pertanian di Bogor (sekarang IPB).


𑄷 Dampak Politik Etis

    ០ Pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas pertanian.

    ០ Pembangunan sarana transportasi 

    ០ Memunculkan kaum terpelajar atau cendikiawan yang mempelopori pergerakan nasional Indonesia.

   

2. Pers Membawa Kemajuan

      Pada awal abad ke-20, para priyayi baru menuangkan gagasannya melalui pers (media cetak) mengenai isu-isu perubahan. Isu-isu yang dipopulerkan, yaitu terkait dengan peningkatan status sosial rakyat bumiputra dan peningkatan kehidupan di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Kata kemajuan menjadi populer pada saat itu. Kemajuan saat itu diartikan dengan pendidikan, pencerahan, peradaban, modernisasi, dan kesuksesan hidup. Pers merupakan sarana berpartisipasi dalam gerakan emansipasi, kemajuan dan pergerakan nasional. Pada dekade itu ditandai dengan jumlah penerbitan surat kabar berbahasa Melayu yang mengalami peningkatan. Orang-orang yang pertama aktif dalam dunia pers saat itu adalah orang Indo seperti H.C.O. Clockener Brousson dari Bintang Hindia, E.F Wigger dari Bintang Baru, dan G.Francis dari Bintang Betawi. 

     Pada abad itu penerbit Tionghoa mulai bermunculan. Para penerbit Tionghoa itulah yang menjadikan pertumbuhan surat kabar berkembang pesat. Dalam perkembangannya kaum bumiputra juga mengambil bagian. Mereka pada mulanya magang pada jurnalis Indo dan Tionghoa, kemudian peran mereka meningkat sebagai redaktur surat kabar indo dan Tionghoa. Bermula dari itulah para bumiputra itu mendirikan sendiri penerbitan surat kabar mereka. Penerbit bumiputra pertama di Batavia yang muncul pada pertengahan abad ke-20 adalah R.M. Tirtoadisuryo, F.D.J Pangemanan, dan R.M. Tumenggung Kusuma Utaya, sebagai redaktur ilmuoe Tani, Kabar Perniagaan, dan Pewarta Prijaji. Di Surakarta R.Dirdjoatmojo menyunting Djawi Kanda yang diterbitkan oleh Albert Rusche & Co., di Yogyakarta Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai redaktur jurnal berbahasa Jawa, Retnodhoemillah diterbitkan oleh Firma H.Buning. 

    Bermunculannya media cetak itu segera diikuti dengan munculnya sejumlah jurnalis bumiputra lainnya. Mereka adalah R.Tirtodanudja dan R.Mohammad Jusuf. Keduanya adalah Redaktur Dinar Djadwa, yang diterbitkan Honh Thaij & Co.Djojosudiro, redaktur Tjahaja Timoer yang ditebitkan di Malang oleh Kwee Khaij Khee. Di Bandung Abdul Muis sebagai redaktur Pewarta Hindia yang diterbitkan oleh G.Kolff & Co. Para jurnalis bumiputra itulah yang memberikan wawasan dan "embrio kebangsaan" melalui artikel, komentar-komentar mereka dalam surat pembaca, dan mengungkapkan solidaritas diantara mereka dan para pembaca yang sebagian besar adalah kaum muda terpelajar. Misalnya Pewarta Prijaji yang disunting oleh R.M.T. Kusumo Utoyo seorang Bupati Ngawi, yang menyerukan persatuan di kalangan priyayi. 

    Sementara itu pergerakan kebudayaan "cetak" mulai masuk di beberapa kota kolonial lain, seperti Surabaya, Padang, dan Semarang. Kebudayaan cetak mempermudah kaum terdidik untuk memperoleh informasi. Pada tahun 1901, sebuah majalah bulanan Insulinde diterbitkan atas kerja sama para terpelajar di Kota Padang dengan guru-guru Belanda di sekolah raja (Kweekschool) Bukittinggi, terutama van Ophuysen, ahli Bahasa Melayu. Ketua redaksi majalah itu adalah Dja Enda Muda, seorang wartawan keturunan Tapanuli yang juga telah menerbitkan surat kabar Pertja Barat dan majalah bulanan berbahasa Batak, Tapian Nauli. Majalah Insulinde itu disebarkan ke seluruh Sumatera dan Jawa. Majalah itulah yang pertama memperkenalkan slogan "kemajuan" dan "zaman maju". Satu diantara artikel menarik yang dimuat dalam Insulinde adalah kisah kemenangan Jepang, negara "kecil" yang menang mengalahkan Tiongkok "yang besar". 

    Sementara itu, tokoh muda  dr.Abdul Rivai yang baru datang dari Belanda menganjurkan pada tokoh muda di Hindia untuk membentuk sebuah organisasi. Dalam tulisan-tulisannya pada surat kabar Bintang Hindia, ia selalu memuat tentang "kemajuan" dan "dunia maju". Rivai menggolongkan masyarakat menjadi tiga golongan, yaitu kaum kolot, kaum kuno, dan kaum muda. Menurut Rivai, kaum muda adalah orang yang senantiasa ingin mendapatkan harga diri melalui pengetahuan dan ilmu. Untuk mencapai kemajuan dan terwujudnya dunia maju, Rivai menganjurkan agar ada organisasi bernama Persatuan Kaum Muda didirikan dengan cabang di semua kota-kota penting di Hindia. 

   Seorang pensiunan "dokter Jawa" yaitu Wahidin Soedirohoesodo tertarik dengan tulisan Rivai, Saat itu sebagai editor majalah berbahasa Jawa, Retnodhumilah, dalam tulisan itu disarankan agar kaum lanjut usia dan kaum muda membentuk organisasi pendidikan yang bertujuan untuk memajukan masyarakat. Gagasan Wahidin akhirnya terwujud ketika para pelajar "stovia", Sekolah dokter Jawa, mendirikan suatu organisasi bernama Boedi Oetomo, pada 2 Mei 1908. Beberapa surat kabar yang kemudian membawa kemajuan bagi kalangan pribumi yaitu Medan Prijaji (1909-1917) dan juga terbitan wanita pertama yang terbit berkala yaitu Poetri Hindia (1908-1913). Seorang editornya yang dikenal yaitu R.M. Tirtoadisuryo memuat tentang tukisannya, bahwa untuk memperbaiki status dagang "perdagangan bangsa islam", perlu ada organisasi yang anggota-anggotanya terdiri atas para pedagang sehingga "orang kecil tidak bisa dikalahkan karena mereka bersatu". Ia kemudia dikenal sebagai Pendiri Sarekat Dagang Islamijah atau lebih dikenal dengan Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada perkembangannya SDI mengubah dirinya menjadi Sarekat Islam (SI) dengan pimpinan Haji Samanhudi. Begitulah semangat nasionalisme tumbuh dan dibangun melalui tulisan di media cetak. Begitu pula di tanah Sumatera, gagasan untuk melawan sistem pemerintahan kolonial ditunjukkan melalui surat kabar Oetosan Melajoe (1913). Juga untuk kemajuan kaum perempuan diterbitkan majalah Soenting Melajoe, yang berisi tentang panggilan perempuan untuk memasuki dunia maju tanpa meninggalkan peranannya sebagai sendi kehidupan keluarga Minangkabau. Sementara itu, anak-anak muda berpendidikan Barat di Padang menerbitkan majalah perempuan Soeara Perempuan (1918), dengan semboyannya Vrijheid (kemerdekaan) bagi anak perempuan untuk ikut dalam kemajuan tanpa hambatan adat yang mengekang.


3. Bangkitnya Nasionalisme

    ↪ Nasionalisme adalah sikap, gagasan, atau gerakan yang mengutamakan kepentingan bangsa tertentu.

    ↪ Nasionalisme bertujuan untuk memperoleh dan memelihara kedaulatan bangsa atas tanah airya.

    ↪ Nasionalisme dibangun melalui ikatan berdasarkan karateristik sosial suatu bangsa.

    ↪ Pergerakan nasionalisme di indonesia diawali oleh lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908.

    ↪ Budi Utomo didirikan oleh siswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlansche Arsten).

    ↪ Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik.

    ↪ Perkembangan nasionalisme di Indonesia dibagi menjadi beberapa periode, yaitu:

             ➛ Masa Perintis

             ➛ Masa Penegas

             ➛ Masa Percobaan

             ➛ Masa Pendobrak 

 

B. Sumpah Pemuda: Tonggak Persatuan dan Kesatuan 

     ➽ Latar Belakang Sumpah Pemuda 

          Sumpah Pemuda dilatarbelakangi oleh kondisi Republik Indonesia yang mana saat itu masih dalam masa penjajahan Belanda. Dalam kondisi tersebut, para pemuda dari kelompok pelajar di indonesia sepakat sepakat untuk mendirikan organisasi bernama Indonesische Student Bond atau Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada 1926. Kelompok PPPI ini terdiri dari para pemuda terpelajar yang menempuh pendidikan di Stovia, Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) dan Rechtshogeschool te Batavia (RHS). Mereka semua mempunyai visi dan misi sama bahwa kawanan penjajah yang mengekang Indonesia bisa disingkirkan dengan kekuatan serta persatuan semangat pemuda bangsa.

        Sumpah Pemuda merupakan sumpah yang menunjukkan kebulatan tekad seluruh pemuda Indonesia dalam melawan penjajah untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Nilai-nilai utama Sumpah Pemuda yaitu satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia. Ikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa telah menjadi penyemangat bangsa Indonesia untuk bersatu.

        Ikrar ini juga memberikan manfaat-manfaat lainnya seperti mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan di antara bangsa Indonesia; membina kerukunan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan menumbuhkan kesadaran bahwa ancaman terhadap satu pulau atau daerah berarti ancaman bagi seluruh tanah air Indonesia.
 

Kongres Pemuda I

    Pada 30 April hingga 2 Mei 1926 Kongres Pemuda mulai dilaksanakan yaitu pertemuan kelompok para pemuda Indonesia dalam skala nasional. Pertemuan tersebut disebut sebagai Kongres Pemuda I dan berlangsung di Kawasan Lapangan Banteng, Jakarta. Maksud dan tujuan pertemuan itu untuk membahas strategi, serta menyampaikan gagasan terkait cara membebaskan diri dari penjajah. Selain itu, para pemuda ini turut mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari peran perempuan dalam merebut kemerdekaan, agama, hingga bahasa persatuan bagi Indonesia.

➽ Kongres Pemuda II

     Pada Kongres Pemuda I hasil pertemuan tersebut masih belum menemukan titik terang untuk bisa lepas dari genggaman penjajah. Berlanjut di Kongres Pemuda II yang berlangsung pada 27-28 Oktober 1928. Pertemuan kali ini diselenggarakan di tiga tempat, dengan konsentrasi pembahasan yang berbeda.

27 Oktober 1928 Kongres Pemuda II dilaksanakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Kongres ini mengurai pembahasan soal sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan, sebagai unsur persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia. 

28 Oktober 1928 Kongres Pemuda II kembali berlanjut di Gedung Oost-Java Bioscoop, dengan pembahasan tentang pendidikan. Masih di tanggal sama tetapi berada di tempat berbeda yaitu di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat. Pembahasan di tempat ini sudah lebih mengerucut, soal nasionalisme, demokrasi, dan isi rumusan satu visi.

Hasil Kongres Pemuda II

      Kongres Pemuda II atau yang dikenal juga sebagai Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 menghasilkan sejumlah hal sebagai berikut :

Lagu 'Indonesia Raya' menjadi lagu kebangsaan Indonesia.
Merah Putih menjadi bendera Indonesia.
Semua organisasi pemuda dilebur menjadi satu bernama Indonesia Muda.
Diikrarkannya Sumpah Pemuda.

Isi Sumpah Pemuda

     Hasil dari Kongres Pemuda II menghasilkan Sumpah Setia yang dituangkan ke dalam naskah yang kini dikenal sebagai isi teks Sumpah Pemuda. Berikut isinya :

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengakui berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

 

C. Penguatan Jati Diri Keindonesiaan

    1. Politik untuk Kesejahteraan dan Kejayaan 

        Perlu dipahami bahwa dengan berkembangnya organisasi di kalangan pemuda juga diikuti oleh berkembangnya organisasi wanita atau perempuan di Indonesia. Pada tahun 1912 berdiri organisasi perempuan yang pertama yakni Putri Mardika di Jakarta Organisasi itu bertujuan untuk membantu bimbingan dan penerangan pada gadis bumiputera dalam menuntut pelajaran dan mengemukakan pendapat di muka umum, serta memperbaiki hidup wanita sebagal manusia yang mulia. Berbagai aktivitas dilakukan oleh organisasi itu, terutama memberikan beasiswa untuk menunjang pendidikan dan menerbitkan majalah wanita Putri Mardika.

     Beberapa tokoh yang pernah duduk dalam kepengurusan Putri Mardika, yaitu Sabaruddin, R.A Sutinah, Joyo Pranoto, Rr. Rukmini, dan Sadikun Tondokusumo Kartini Fonds, didirikan atas usaha Ny. C. Th. Van Deventer, seorang penasehat Politik Etis. Perkumpulan itu didirikan pada 1912 dengan tujuan untuk mendirikan sekolah Kartini. Setelah itu, muncul dan berkembang organisasi perempuan di berbagai daerah, juga organisasi-organisasi perempuan sebagai bagian dari organisasi yang sudah ada, seperti organisasi wanita di Muhammadiyah, organisasi wanita di Taman Siswa, organisasi perempuan di BU, dan begitu seterusnya

     Diadakannya Kongres Pemuda yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda tersebut nampaknya ikut menyemangati perjuangan organisasi pergerakan perempuan di Indonesia Seide dengan pelaksanaan Kongres Pemuda itu kemudian organisasi-organisasi wanita yang telah berkembang di berbaga daerah di Indonsia itu mengadakan Kongres Perempuan Indonesia pada 22-25 Desember 1928, di Pendopo Joyodipuro, yang dipimpin oleh Ny RA Sukanto. Kongres itu diprakarsai oleh Ny. Sukoto, Ny Hajar Dewantara, dan Nn. Suyatin. Kongres itu bertujuan untuk menjalin persatuan di antara perkumpulan wanita, dan memajukan wanita. Dalam Kongres Perempuan Indonesia I itu dihadin oleh 30 organisasi wanita Kongres Perempuan Indonesia I itu merupakan bagian penting bagi Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Untuk mengenang sejarah kongres perempuan maka setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari ibu di Indonesia.

     Pada perkembangan selanjutnya organisasi itu berubah nama sebagai Persenkatan Perhimpunan istri Indonesia (PPPD). Perjuangan organisasi itu semakin kuat dengan didirikannya isteri Sedar dan Istri Indonesia, Isteri Sedar didirikan oleh Suwarni Pringgodigdo (1930) di Bandung Organisasi itu bertujuan meningkatkan kesadaran wanita Indonesia untuk memperkokoh cita-cita Indonesia Merdeka Organisasi ini sejalan dengan PNI, yang menolak poligami. Selanjutnya Istri Indonesia didirikan 1932. Organisasi itu didirikan berdasarkan nasionalisme dan demokrasi. Tujuan Istri Indonesia adalah mencapai Indonesia Raya dan bersikap kooperatif terhadap pemerintah Belanda. Tokoh-tokoh organisasi itu adalah Ny Sunaryo Mangunpuspito dan Maria Ulfah Santoso: Kongres Perempuan I dan juga semakin meningkatnya gerakan organisasi wanita telah ikut mendorong bagi kemajuan perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kejayaan: Kejayaan ini dalam rangka menuju cita-cita kemerdekaan.

2. Pemuda yang Berpolitik

    Seperti telah dijelaskan bahwa pada tahun 1931 secara resmi telah berdiri organisasi pemuda hasil fusi yang bernama Indonesia Muda. Mereka para anggota penuh semangat untuk memperjuangakan Indonesia Bersatu, Indonesia yang merdeka.

    Pada mulanya perkumpulan Indonesia Muda tidak diperbolehkan terlibat dalam politik. Tekanan pemerintah terhadap larangan berpolitik mendorong anggota Indonesia Muda untuk mendirikan perkumpulan lain, bahkan tersebar di berbagai organisasi politik atau golongan yang ada. Pada 1931, orang-orang PNI Baru di Malang mendirikan Suluh Pemuda Indonesia yang bercorak Marhaen Partindo di Yogyakarta mendirikan Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia (Perpri). Dari perkumpulan Islam misalnya, berdiri JIB bagian keputrian, Pemuda Muslim Indonesia, Pemuda Muhammadiyah. Pemuda Perserikatan Ulama, Pemuda Persatuan Islam, dan Anshor NU. Dari pemuda Kristen misalnya, lahir Persatuan Pergerakan Pemuda Kristen, sementara pemuda Katholik melahirkan Mudo Katholik dari partai politik Suluh Pemuda Indonesia, barisan Pemuda Gerindo, Jajasan Obor Pasundan Perkumpulan lainnya seperti, Taman Siswa, Persatuan Pemuda. Teknik, Persatuan Putri Cirebon, Kebangunan Sulawesi, dan Minangkabau. Di dalam organisasi ini para pemuda dapat bersentuhan dengan kegiatan politik sesuai dengan dinamika organisasi induknya.

     Kepanduan itu mengambil azas dari kepanduan dunia, yang berisi tentang memberikan pelajaran dalam bentuk segala permainan dan kecakapan pandu, untuk meningkatkan kesehatan para pemuda. Dalam kegiatan kepanduan ini para pemuda dengan payung kegiatan kesehatan bisa dikaitkan dengan pembinaan disiplin seperti baris-berbaris. Dari kegiatan ini dapat ditumbuhkan semangat termasuk kemudian semangat patriotisme dan nasionalisme, atau cinta tanah air seperti yang dikembangkan di lingkungan Hizbul Wathon.

sepakat untuk mendirikan organisasi bernama Indonesische Student Bond atau Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada 1926.

Kelompok PPPI ini terdiri dari para pemuda terpelajar yang menempuh pendidikan di Stovia, Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) dan Rechtshogeschool te Batavia (RHS).

Mereka semua mempunyai visi dan misi sama bahwa kawanan penjajah yang mengekang Indonesia bisa disingkirkan dengan kekuatan serta persatuan semangat pemuda bangsa.

Sumpah Pemuda merupakan sumpah yang menunjukkan kebulatan tekad seluruh pemuda Indonesia dalam melawan penjajah untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dalam perjuangan meraih kemerdekaan.

Baca artikel CNN Indonesia "Rangkuman Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20231009150438-569-1008971/rangkuman-peristiwa-sumpah-pemuda-28-oktober-1928.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/
untuk mendirikan organisasi bernama Indonesische Student Bond atau Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada 1926.

Kelompok PPPI ini terdiri dari para pemuda terpelajar yang menempuh pendidikan di Stovia, Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) dan Rechtshogeschool te Batavia (RHS).

Mereka semua mempunyai visi dan misi sama bahwa kawanan penjajah yang mengekang Indonesia bisa disingkirkan dengan kekuatan serta persatuan semangat pemuda bangsa.

Sumpah Pemuda merupakan sumpah yang menunjukkan kebulatan tekad seluruh pemuda Indonesia dalam melawan penjajah untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dalam perjuangan meraih kemerdekaan.

Dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017), dalam isi rumusan Sumpah Pemuda tersebut terkandung nilai-nilai persatuan.

Nilai-nilai utama Sumpah Pemuda yaitu satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia. Ikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa telah menjadi penyemangat bangsa Indonesia untuk bersatu.

Baca artikel CNN Indonesia "Rangkuman Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20231009150438-569-1008971/rangkuman-peristiwa-sumpah-pemuda-28-oktober-1928.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/

 3. Nasionalisme yang Revolusioner

     Sebagai seorang terpelajar Sukarno, muncul sebagai seorang pemuda cerdas yang memimpin pergerakan nasional baru. la mendirikan partai dengan nama Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927). Partai itu bersifat revolusioner, sebelumnya partal itu bernama Algeemene Studie Club. Sukarno memimpin partal itu hingga Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1000 orang.

    Sukarno juga turut serta memprakarsal berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik  Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 1927. Pada 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar tentang tanah air yang satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia, Pernyataan Sumpah Pemuda itu membawa dampak luas pada masyarakat untuk menumbuhkan nasionalisme yang kuat. Di daerah-daerah munculnya nasionalisme yang digerakkan oleh tradisi dan agama. Mereka terinspirasi oleh para pemimpin pergerakan nasional yang ada di Jakarta.   

    Oleh karena itu, perlawanan terhadap kekuasaan kolonial pada masa pergerakan banyak berbasis pada masalah perkumpulan agama. Di pihak lain, karena gerakan gerakannya yang cenderung keras, komunis merupakan target langsung dari pemerintah Belanda Namun demikian, Belanda tidak dapat mempertahankan kekuasaan mereka di daerah-daerah yang berbasis komunis. Pada saat itu semangat untuk memerangi imperialisme dan kolonialis begitu kuat di lingkungan pengikut pengikut PKI. Pengikut Tan Malaka masih terus dapat mempertahankan kerangka struktur yang biasanya dilakukan melalui kontak pribadi di desa desa atau bekerja sama dengan organisasi-organisasi agama lainnya.

     Sementara itu Partai Nasional Indonesia (PNI) terus menggelorakan program program perjuangan. Kritik tajam terhadap kekejaman kolonialisme dan imperialis terus dilancarkan. Oleh karena itu, PNI di bawah pimpinan Ir. Sukarno terus mendapat tekanan dari Belanda Sukarno sebagai pimpinan PNI karena aksi-aksi yang dengan radikal terhadap pemerintah Belanda, akhirnya ditangkap dan diadili. Menjelang vonis pengadilan dijatuhkan, Sukarno sempat mengucapkan pidato pembelaan untuk membakar semangat para pejuang. Pidato pembelaan itulah yang kemudian dibukukan dengan judul: "Indonesia Menggugat".

    Pidato pembelaan Bung Karno yang kemudian diberi judul Indonesia Menggugat itu telah ikut membangun kesadaran tentang dampak penjajahan dan imperialisme modern yang akan membawa kesengsaraan dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu, setiap organisasi dan partai yang berjiwa kemerdekaan akan menolak dan melakukan perlawanan terhadap kekejaman penjajah dan Imperialisme (baca: Indonesia Menggugat. Pidato Bung Karno tentang Indonesia Menggugat itu telah ikut mendorong terjadinya penguatan kesadaran sebagai bangsa yang harus merdeka.

4. Volksraad: Wahana Perjuangan

    Sementara Sukarno dan beberapa tokoh lain ditahan, organisasi pergerakan untuk menentang Belanda terus berjalan. Kelompok yang beraliran Maris mendirikan Gerakan Rakjat Indonesia (Gerindo) di bawah kepemimpinan Amir Sjarifuddin dan A.K. Gani. Partai ini cenderung menampakkan faham fasisme Internasional. DI Sumatera Timur, PNI, PKI, Permi, dan Partindo pemimpinnya berasal dari organisasi-organisasi radikal dari tahun-tahun sebelumnya, Gerindo sebagai partai yang berpaham marxis lebih menunjukkan sikap anti kolonialisme, anti-Eropa dan antikapitalisme. Desakan-desakan untuk kemerdekaan nasional sangat kuat dan radikal. Organisasi itu juga tidak sepaham dengan sistem feodalisme, nasionalisasi perusahaan-perusahaan kapital dan restorasi hak-hak tanah pribumi.

    Sementara itu, Gabungan Politik Indonesia (GAPI) didirikan pada tahun 1939 Tokoh pendiri GAPI adalah Muhammad Husni Thamrin. Dalam gabungan itu, Gerindo berada dalam satu arah dengan Parindra yang dipimpin oleh Thamrin dan sebelumnya oleh Sutomo. Parindra adalah partai politik Indonesia yang paling berpengaruh di Hindia, karena keberhasilannya dalam pemilihan di volksraad. Thamrin kemudian memimpin front Indonesia bersatu di dalam Volksraad yang disebut Fraksi Nasional.

    Pada akhir tahun 1929, pimpinan PNI ditangkap. Untuk melanjutkan perjuangan maka dibentuklah fraksi baru dalam volksraad yang bernama Fraksi Nasional, pada Januari 1930 di Jakarta Fraksi itu diketuai oleh Muhammad Husni Thamrin yang beranggotakan sepuluh orang yang berasal dari Jawa, Sumatera, dan Kalimantan Tujuan organisasi itu adalah menjamin kemerdekaan Indonesia dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

    Penangkapan pimpinan PNI menjadi pembicaraan di kalangan Fraksi Nasional. Mereka mengecam tindakan pemerintah terhadap ketidakadilan yang diterapkan terhadap gerakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, Atas usulan Fraksi Nasional itu volksraad meninjau ulang kebijakan pemerintah kolonial. Pemerintah kemudian mengusulkan perkara yang dituduhkan kepada para pemimpin ke pengadilan tinggi, bukan pengadilan negeri. Akan tetapi permintaan itu ditolak, karena masalah itu menyangkut masalah perbuatan pidana, bukan masalah pelanggaran politik. Jelaslah bahwa gerakan yang dilakukan oleh kaum pergerakan dianggap sebagai kejahatan yang mengganggu keamanan bukan sebagai gerakan politik.

5. Tamatnya Kemaharajaan Belanda

     Ratusan tahun sudah Belanda membangun kemaharajaan di Kepulauan Indonesia, di tanah Hindia Belanda. Secara interen pejuang dan para pemuda yang kemudian berpolitik untuk mewujudkan persatuan guna melawan penjajahan. Roda kebangsaan digerakkan untuk melawan ganasnya roda kolonialisme dan imperialisme. Tetapi tampaknya roda kolonialisme dan imperialisme itu masih cukup kokoh. Tetapi para pejuang dan intelek muda kita tidak pernah putus asa. Roda kebangsaan terus digerakkan di berbagai penjuru yang dipandang memungkinkan untuk mendapatkan kebebasan termasuk melalui Volksraad.

    Kebijakan politik etis telah diterapkan sebagai pengaman dari sebuah pertanggungjawaban pemerintah kolonial terhadap negeri jajahan yang rakyatnya sudah lama dibuat menderita. Pintu pendidikan dan politik bagi kaum bumiputera, dibuka untuk memberi kesempatan para pejuang kita untuk mengekspresikan strategi perjuangannya secara lebih demokratis, berbeda dari perjuangan masa-masa sebelumnya. Tetapi semua ini tidak dapat berjalan cepat sebagaimana harapan para pejuang pergerakan kebangsaan. Kekuatan kolonialisme dan imperialisme Belanda tampak masih mampu mengontrol para pejuang kita. Masuknya bumiputera sebagai anggota Volksraad bukan berarti kaum bumiputera diberi hak penuh untuk menyuarakan pendapatnya. Namun setidaknya Volksraad sudah memberikan peluang para wakil Hindia, yang membukakan wawasan mereka perlunya persatuan untuk melakukan gerakan nasional dalam melawan dominasi kolonialisme dan imperialisme Belanda.

    Di tengah-tengah roda pergerakan kebangsaan bergesekan dan beradu dengan roda kolonialisme dan imperialisme, Tuhan Yang Maha Kuasa, telah membuat skenario baru, yakni berkobarnya Perang Dunia II. Perang itu pun dengan cepat menjalar ke Indonesia yang ditandai dengan datangnya tentara Jepang yang kemudian ikut menyudahi kemaharajaan Belanda di Indonesia.

0 Response to "Materi Sejarah Indonesia SMA Kelas XI Semester 1 (BAB 3) Sumpah Pemuda dan Jati Diri Keindonesiaan "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel